Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Brahmastra Senjata Pusaka Milik Aswatama

Brahmastra Senjata Pusaka Milik Aswatama

Dalam cerita pewayangan senjata Brahmastra atau dapat diartikan senjata peledak adalah milik Aswatama anak Guru Drona. Bramastra wujudnya seperti kelopak bunga dengan tangkai, senjata ini terbang memutar seperti anak panah. Setelah kematian ayahnya karena kecurangan Pandawa dengan menipu Guru Drona bahwa Aswatama telah meninggal sehingga Guru Drona niat berperangnya luntur sehingga membuat Guru Drona merelakan kepalanya dipenggal Drestadyumna, Aswatama mengamuk dengan menyelinap di perkemahan Pandawa dan membunuh Srikandi, Drestadyumna, dan para anak Pandawa dengan Panchali.

Panchali merasa yang paling kehilangan karena anak dan saudaranya telah terbunuh dan yang tersisa hanya suaminya kelima Pandawa. Para Pandawa kemudian memburu Aswatama, dan akhirnya menemukannya saat Aswatama hendak membakar tubuh Duryudana yang telah meninggal. Perkelahian Aswatama melawan kelima Pandawa berjalan sengit, Sadewa menusuk perut Aswatama tetapi dengan cepat luka tusukan sembuh kembali. Disaat Pandawa bingung membunuh anak Guru Drona, Aswatama mengambil panahnya sambil membaca mantra melepaskan pusaka Brahmastra.

Aswatama mengeluarkan Brahmastra
Aswatama mengeluarkan Brahmastra

Aswatama menembakkan anak panahnya kelangit sehingga keluar petiran halilintar yang kemudian membentuk senjata berupa Kelopak bungan dengan tangkainya (Brahmastra), senjata tersebut mampu membunuh janin yang ada dalam kandungan. Namun Aswatama tidak mengarahkan Brahmastra kepada Pandawa tetapi mengarakan ke Utari yang sedang mengandung (Utari adalah menantu Arjuna dari Abimanyu), akhirnya Utari tewas.

Melihat Utari meninggal Basudewa Krishna mengamuk dan mengeluarkan senjata Cakra, senjata tersebut dilempar mengenai kepala Aswatama tetapi tidak sampai terbunuh. Krishna mengutuk Aswatama dengan umur yang panjang, tetapi tidak mempunyai teman, kekasih, dan tidak merasakan kedamaian hati. Sebenarnya senjata Brahmastra dulu sempat mau ditukar denan Cakra milik Krishna, namun tidak berhasil. Dalam kisah Mahabarata, Aswatama termasuk orang yang berumur panjang dan berhak menentukan kematiannya sendiri.