Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Terbunuhnya Karna di Tangan Arjuna

Wayang Karna

Pertarungan seru akhirnya sampai pada puncaknya, Arjuna mengamuk karena kematian putranya hasil pernikahan dengan Subadra yaitu Abimayu. Pertarungan dua satria terhebat di daerah Arya dengan penguasaan panah terbaik antara Ajurna dan Adipati Karna. Kedua kesatria tersebut sebenarnya satu ibu yaitu ibu Kunthi. Karna adalah anak pertama dari kelima Pandawa, namun dibuang oleh ibu Kunti dan diasuh tukang Kusir. Karna merupakan titisan Dewa Surya, bahkan tubuhnya selalu dilindungi Dewa Surya, tidak ada senjata yang mampu menembus tubuhnya.

Semasa mudanya, Kunti merawat resi Durvasa selama satu tahun. Sang resi sangat senang dengan pengabdian yang diberikan olehnya sehingga memberikan anugerah untuk memanggil salah satu dari para dewa dan dewa yang dipilihnya tersebut akan memberiknya seorang putra yang mempunyai sifat  baik menyamai dewa tersebut.

Karena ragu-ragu apakah anugerah tersebut benar, Kunti selagi masih belum menikah memutuskan untuk mencoba mantra tersebut dan memanggil dewa matahari. Ketika Dewa Surya menampakkan diri didepannya, Kunti terpesona. Karena terikat mantra Durvasa, Dewa Surya memberinya seorang anak secemerlang dan sekuat ayahnya, walaupun Kunti sendiri tidak menginginkan anak. Dengan kesaktian Dewa Surya, Kunti tetap tidak ternodai keperawanannya. Sang bayi adalah Karna, lahir dengan baju besi dan anting-anting untuk melindunginya.

Sedangkan Arjuna merupakan titisan dewa Indra, Seperti Ayahnya Dewa Indra (meskipun sebenarnya Arjuna adalah putra Pandu) beliau terampil menguasai senjata yaitu panah. Arjuna murit kesayangan Guru Drona, karena Arjuna selalu ingin belajar lebih tentang memanahnya. Arjuna mempunyai senjata pamungkas pemberian Dewa Api yaitu busur Gandiwa. Busur inilah yang pada akhirnya berhasil membunuh Adipati Karna.

Pada mulanya Karna ingin belajar pada Guru Drona, namun menolaknya karena Guru Drona hanya mau melatih para kesatria saja. Akhirnya Karna mencari Guru terhebat yaitu Gurunya Guru Drona bernama Parashurama. Parashurama juga tidak mau mengajar selain para Kesatria, namun Karna membohongi dan mengaku bahawa dia adalah Kesatria.

Setelah belajar beladiri dan kemampuan memanahnya, Parashurama tertidur di atas batu. Karena kasihan melihat Gurunya tersebut, Karna mengangkat kepala Guru Parashurama dan diletakkan di pahanya. Saat menjaga tidur Gurunya, Karna digigit serangga dan mencoba beertahan dengan memangku Gurunya yang sedang tidur.

Parashurama akhirnya bangun dan melihat kaki Karna mengeluarkan darah, kemudian Parashurama bertanya siapa kau sebenarnya?? Karna akhirnya mengaku, bahwa dirinya hanya anak tukang kusir bukan kesatria. Mengetahui pengekauan Karna, Parashurama marah dan mengutuk Karna "Suatu saat nanti dalam pertempuran besar kamu akan lupa dengan mantra yang telah aku berikan, dan ilmumu akan hilang, semoga kamu diberi umur yang panjang".

Karna meminta maaf kepada Guru Parashurama, dan mau memaafkannya. Tetapi tidak bisa membatalkan kutukannya, karena seandainya Karna jujur dari awal maka akan dicarikan Guru yang cocok untuk tukang kusir. Setelah belajar dari Parashurama, Karna kembali ke Hastinapura dan ingin menjadi orang penting di Kerajaan tersebut. Mendengar kabar tersebut Arya Sangkuni menggunakan siasat politiknya dan menjadikan Karna sebagai Raja Angga. Tujuan Sangkuni melakukan hal itu, supaya Karna memihak Kurwawa.

Pada hari ke-17 perang Kurukshetra terjadilan perang antara Arjuna dan Karna, Basudewa Krishna menjadi kusir kereta perang Arjuna dan Salya sebagai kusir perang Karna. Ditengah-tengah pertempuran Krishna menjelaskan bawah sebenarnya Karna saudara Pandawa, mendegar penjelasan itu Karna setengah hati bertempur melawan Arjuna. Karena sumpahnya, kepada Ibu Kunthi, sebelum mengetahui bawah Karna saudara Pandawa ia berkata tidak akan membunuh para Pandawa kecuali Arjuna.

Beberapa kali Arjuna dan Karna melepaskan anak panahnya, dan keduanya berasil melindungi panah tersebut. Arjuna hampir saja terkena panah Karna, panah tersebut disusupi Si Raja Ular Taksaka yang ingin membalas dedam pada Arjuna, karena Aejuna pernah membakar hutan Kandwaprasta. Melihat wujut Taksaka dalam panah Karna, Krishna berkata pada Arjuna hati-hati ada Raja ular dalam panah tersebut.

Arjuna menarik panahnya dan membuat perisai dan anehnya perisai tersebut tembus, melihat panah Karna menembus perisai Arjuna, Krishna langsung mengehentakkan kakinya dan roda kereta Arjuna yang ditungganginya nancap ke dalam tanah dengan kondisi miring. Secara otomatis panah Karna meleset sedikit dan hampir mengenai Arjuna. Panah yang sisusupi Taksaka lolos dan mengenai prajurit Kurawa akhirnya tewas.

Saat pertarungan tersebut Karna, diapit kereta Sangkuni dan Duryudana, lagi-lagi karena kecerdikan Krishna dan tahu kalau Karna bersama dua Kesatria Hastinapura tidak bakal menang melawan Karna. Krishna mengemudikan keretanya meninggalkan pertempuran, Karna tidak terima, dan ingin mengejar Arjuna, namun Sangkuni dan Duryudana melarangnya.

Karena sumpahnya ingin membunuh Arjuna, Karna menghiraukannya dan mengejar Arjuna. Saat terjadi kejar-kerjaran kereta, akhirnya kereta perang Karna yang dikemudikan Salya, oleng sebelah rodanya tenggelam kedalam tanah. Karna turun dari kereta dan mengangkat roda namun anehnya tidak kuat mengangkanya, berkali kali Karna mencoba mengangkatnya namun tidak kuat.

Melihat kepanikan Karna, Krishna menyuruh Arjuna untuk melepaskan panahnya ke Karna, Arjuna enggan untuk meanah karena dinilai curang. Krishna mengatakan bawah dia Karna juga yang membunuh Abimanyu. Arjuna menarik busurnya, melihat hal itu Karna berkata "Arjuna engkau jangan jadi pengecut, saat lawanmu mengangkat roda kereta engkau tidak boleh curang".

Arjuna enggan untuk memanah, Karna kemudian meletakkan panahnya di kereta namun diingatkan kusir Salya bahwa engkau jangan meletakkan busurmu Karna, karena Arjuna bisa kapan saja memanahmu. Karna menghirauan nasihat Salya, dan mengangkat roda kereta, lagi-lagi Karna gagal mengangkatnya. Basudewa Krishna tidak sabar dengan sikap Arjuna yang enggan melepaskan panahnya, Krishnapun lagi-lagi menyuruh Arjuna untuk memanah Karna.

Hari menjelang sore, dan matahari mulai terbenam Krishna berkata ini kesempatan untuk membunuh Karna, disaat matahai terbenam Karna tidak dilindungi Dewa Surya. Akhirnya Arjuna menarik busur panahnya, melihat tingkah Arjuna, Karna berdiri dan berkata Aarjuna kamu jangan curang, Karna membaca mantra untuk mengeluarkan panah Pasopati, namun gagal.

Karna lupa dengan mantra yang diberikan Parasurama dan ingat kutukan bahwa saat perang besar beliau akan tewas dalam pertempuran. Karna kemudian mengangkat kembali roda keretanya dan Arjuna melepaskan panahnya, dengan keputusannya Karna hanya tersenyum sambil mengangkat roda kereta dan sadar kematiannya ada ditangan Arjuna. Panah Arjuna melesat mengenai leher Karna.

Karna tidak langsung tewas, ibu Kunthi datang melihat anaknya tersebut yang mati dibunuh anaknya sendiri. Pandawa lari mendekat pada Kunthi dan Karna, diakhir ajalnya Karna meminta maaf pada ibu Kunthi, Pandawa, dan kushusnya Arjuna karena telah ikut membunuh Abimanyu.

Setelah dimaafkan oleh ibu Kunthi dan Pandawa Karna mengehmbuskan nafasnya. Semasa hidupnya Karna mempunyai seorang anak hasil pernikahan dengan Rosali. Namun dalam cerita Mahabarata kehidupan anak Karna tidak terlalu dibicarakan seperti pengabdiannya kepada Kurawa.

Post a Comment for "Terbunuhnya Karna di Tangan Arjuna"