Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gugurnya Gatotkaca (Versi Jawa)

Gugurnya Gatotkaca (Versi Jawa)

Meski hari beranjak malam, bukanlah Kurawa jika tidak berpikiran licik dan culas. Adipati Karna serta seluruh prajurit Awangga, melepas predikat ksatria dengan menyerang kubu Pandawa di malam hari. Tak ayal, mendapat serangan secara mendadak membuat Drestajumna, Srikandi dan Setyaki kewalahan. Hal ini sampai ke pesanggrahan Randuwatangan dan membuat Arjuna marah. Dia meminta izin Kresna untuk maju menghadapi Adipati Basukarna.

Kresna melarang karena takdir mengatakan Pandawa akan kalah jika Arjuna tewas dengan senjata Kunta milik Karna. Maka dipanggilah Gatotkaca. Setelah diberikan wejangan dan pengertian dari Sri Kresna, Gatotkaca dengan bangga menerima perintah sebagai senapati utama melawan Karna. Inilah waktuku memberikan pengandian terbaik sepanjang umurku untuk Pandawa, pikir Gatotkaca. Setengah tidak tega, Bima melepas anaknya mengemban tugas prajurit, demikian juga sang paman Arjuna.

Gatotkaca diperintahkan untuk memancing kemarahan Karna hingga teramat sangat, sampai akhirnya Karna mengeluarkan senjata Kunta. Senjata itu hanya dapat dipakai sekali. Gatotkaca berangkat menuju medan laga beserta seluruh prajurit Pringgodani. Patih Brajawikalpa, Brajalamatan dan yang lain ikut serta. Pertempuran sengit terjadi.

Gatotkaca berkelebat dengan cepat kesana kemari hingga seperti berjumlah ribuan. Melihat anak buahnya banyak yang tewas karena terjangan Gatotkaca, Karna segera menghampiri. Karna menerapkan ajian Kalarupa, seketika ribuan raksasa keluar dari tubuhnya dan menyerang Gatotkaca. Merasa keteteran, Gatotkaca segera merapal ajian Narantaka, warisan Resi Seta. Kobaran api keluar dari telapa tangan Gatotkaca, ribuan raksasa itupun hancur.

Terkagum atas kesaktian satria Pringgondani, Karna segera menaiki kereta perangnya, Jatisura, yang dikusiri oleh Patih Hadimanggala. Adipati Basukarna telah menyiapkan Kunta Druwasa. Dilepaskannya panah Kunta ke angkasa. Tanpa Gatotkaca sadari, di panah Kunta telah bersemayam sang paman Kalabendana yang telah terbunuh olehnya tanpa sengaja.

Sang paman tersenyum dan mengajak Gatotkaca untuk pulang menghadap Hyang Wenang. Gatotkaca pun berkata,”Paman, putramu iklas melepas segalanya, mari kita bersama menuju swargaloka. Tapi aku minta, dengan kematianku ini, aku ingin mendapat korban dipihak musuh sebanyak-banyaknya. Sang paman Kalabendana menyanggupi.

Segera panah Kunta Druwasa menembus pusar Gatotkaca. Sang senapati menghadapi takdir dengan senyuman. Dia tahu bahwa senjata tersebut akan mencari sarungnya yang melekat dalam tubuhnya. Bersatunya senjata Kunta dengan sarung pusakanya membuat ledakan hebat diangkasa, seiring dengan itu, raga Raden Gatotkaca melesat tak terkira menimpa kereta Jatisura milik Karna. Sang adipati sanggup menghindar, tapi tak urung, Patih Hadimanggala, sang putra Warsakusuma dan ratusan prajurit lainnya tewas seketika kejatuhan raga Gatotkaca. Gatotkaca gugur.

Post a Comment for "Gugurnya Gatotkaca (Versi Jawa)"