Sunday, May 4, 2014

Tari Tiban, Tari Pemanggil Hujan

Tari Tiban, Tari Pemanggil Hujan
Gambar Ilustrasi Tari Tiban

Pernahkan Anda mendengar Tarian Tiban ? Ya, tarian ini sejarahnya berasal dari Kabupaten Trenggalek, dan berkembang sampai Tulungagung, Blitar, dan Kediri (wilayah karisedenan Kediri). Tari ini dilaukan pada musim kemarau, dimana sumur, sungai, dan sumber mata air sudah mengering. Masyarakat Trenggalek mempercayai budaya Tari Tiban dapan memanggil datangnya air hujan.

Tari Tiban mirip dengan tari berkelahi, karena gerakan tariannya memang dalam posisi berkelahi dengan senjata Cambuk. Tarian ini dilakukan satu lawan satu, setiap peserta melepas baju, kaos, tetapi tetap memakai celana dan membawa Cambuk. Bila dilihat dari unsur tari Tiban, tari ini menggambarkan sifat keperkasaan orang laki-laki yang bertarung.

Seperti halnya dengan Tinju dalam pelaksanaan tari Tiban juga ada seorang wasit yang mengatur jalannya pertandingan. Tidak dipungkiri lawan yang kena Cambuk ini dagingnya bisa mengelupas, bahkan kalau mengenai mata bisa buta. Tidak semua orang bisa mengikuti tarian ini kecuali bagi mereka yang mempunyai nyali sangat tinggi, karena resikonya sangat besar. Cambuk yang digunakan bukan terbuat dari tali seperi Kuda Lumping tetapi terbuat dari lidi daun lontar, bisa dibayangkan kalau mengenai kulit sakitnya seperti apa.

Tari Tiban tidak menggunakan unsur mistik, magis karena tidak ada acara bakar kemenyan seperti Reog dan Kuda Lumping, yang ada hanya berdoa sama Yang Maha Kuasa. Meskipun ada pihak yang kalah dalam tarian ini mereka sangat sportif, tidak ada yang menuntut apapun mengenai luka yang diperoleh selama mengikuti tarian tersebut. Apabila Anda ingin melihat tari Tiban, maka datanglah ke-Trenggalek atau semua wilayah yang masih dalam satu karisedan Kediri pada musim kemarau, pasti banyak ditemui masyarakat yang melakukan ritual ini.


EmoticonEmoticon