Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kutukan BIMA Kepada Duryudana

Kutukan Arjuna Kepada Duryudana

Setelah kalah dalam permainan dadu, harta dan tahta kerajaan Indraprasta jadi milik Kurawa dan Kelima Pandawa juga dijadikan taruhan. Karena kelicikan Sangkuni Yudhistira kalah dalam permainan tersebut, kelima Pandawa menjadi budak Duryudana. Ketika Duryudana meminta taruhannya adalah Drupadi, BIMA marah dan mengutuknya "Kelak dalam peperangan besar kamu akan menderita tidak bisa mati, sampai minta maaf tuju kali baru bisa mati".

Awatama tidak menerima kutukan BIMA kepada Duryudana, dan malah mengolok-ngolok keluarga Pandawa dan Drupadi (Panchali) di Istana Hastinapura, akhirnya Guru Drona sebagai Ayah Awatama malu denan tingkah anaknya dan mengutuknnya "kelak ketika kamu kalah dalam peperangan tubuhmu akan diseliputi serangga, tidak ada orang yang peduli denganmu, dan kamu tidak mempunyai ketentraman hati".

Raja Angga Karna juga ikut berdiri membela para Kurawa dengan mengatakan kebenaran dan tradisi Hastinapura, Arjuna marah mendengar perkataan Karna, dan mengutuknya juga "kelak dalam suatu pertempuran kamu akan kehilangan kekuatanmu dan lupa mantramu" kutukan ini persih dengan kutukan Parasurama kepada Karna. Parasurama adalah Guru Karna, dan Gurunya Guru Drona, Parasurama mengutuk Karna karena telah  berbohong dengan mengaku berasal dari golongan kesatria untuk menjadi muridnya karena Parasurama telah bersumpah hanya mau mengajar para kesatriaa.

Yang tersisa tinggal isntri Pandawa yaitu Panchali atau Drupadi, Yudhistira tidak mau melanjutkan permainan dadu kecuali menggantinya dengan dadu yang baru. Yudhistira mengambil dadu dan meremukkannya dengan genggaman tangan, mengetahui dadunya hancur Sangkuni menangis dalam hatai karena dadu tersebut terbuat dari tulang mendiang Ayahnya dan bisa mematuhi perintah Sangkuni.

Sangkuni dengan raut muka yang marah menyuruh Dursasana untuk mengambilkan dadu yang baru, agar Yudhistira mau bermain lagi dengan taruhan Panchali. Dursasana mengatakan "Tapi paman dadu ajaibmu sudah hancur, bagaimana kita bisa menang?" Sangkuni tetap menyuruh mengambilkan dadu yang baru, namun dengan kekuatan magis Sangkuni dadu remuk yang dipegang Dursasana utuh kembali.

Permaian dadu akhirnya dimenangkan lagi oleh Duryudana, dan Pancahali menjadi budak. Seandainya Basudewa Krishna ada bersama Pandawa mungkin kejadiannya tidak seperti ini. Ditempat yang berbeda Krishna yang sedang berperang membela Duwaraka bisa merasakan apa yang dialami Pandawa, dan mengamini setiap kutukan kepada Kurawa.

Permainan dadu pula yang mengawali pecahnya perang Kurukshetra (Baratayuda) antara Pandawa dan Kurawa. Setelah saudara Kurawa terbunuh semua, Duryudana sangat bersedih apalagi Karna dan pamanya Sngkuni telah tewas dan yang hidup tinggal Aswatama. Duryudana sambil meratapi kesedihannya dengan membawa jasat Sangkuni bersembunyi di dasar laut.

Pandawa menemukan Duryudana, dan BIMA mengajaknya berduel. Beberapa kali BIMA menghantamkan Gadanya tetapi tubuh Duryudana tidak apa-apa, BIMA heran melihat kekuatan Duryudana. Karena telah bersumpa kepada Panchali untuk menghancurkan kaki Duryudana, akhirnya BIMA berdiri dan menyerang pahanya dengan pukulan tangan, lalu mengambil Gada dan meremukkan tulangnya. Ternyata benar kutukan terjadi, Duryudana kesakitan dan tidak bisa mati sebelum meminta maaf. Dikisahkan Duryudana mati dipangkuan Aswatama.