Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gugurnya Prabu Salya Versi Wayang Jawa

Gugurnya Prabu Salya Versi Wayang Jawa

Gugurnya Prabu Salya Versi Wayang Jawa - Nakula dan Sadewa kembali ke pesanggrahan dan disambut oleh Sri Kresna. Setelah mereka mengutarakan apa yang dikatakan oleh Prabu Salya, Kresna segera menunjuk Yudistira untuk menjadi senapati utama dan dibantu oleh Nakula dan Sadewa. Sementara Bima dan Arjuna akan berjaga dibelakang. Yudistira bimbang menerima perintah, Kresna segera meyakinkan bahwa inilah takdir sang Dewata yang tak dapat diubah. Majulah Yudistira ke medan perang.

Ditengah Kurusetra nampak Prabu Salya mengamuk sejadi-jadinya, banyak prajurit Pandawa yang menjadi korban. Ketika dia melihat kedatangan Yudistira dengan kuda putihnya bersama dengan Nakula dan Sadewa, Salya tersenyum dan sadar bahwa ajalnya telah dekat. Segera Salya merapal ajian Candrabhirawa. Seketika itu pula keluarlah mahkluk bajang berwujud raksasa. Salya memerintahkan untuk segera menyerang Yudistira. Raksasa ini menyerang, dan setiap terkena senjata dari Nakula, Sadewa, Bima dan Arjuna, raksasa ini membelah diri dan berjumlah semakin banyak.

Pandawa kewalahan, Kresna segera berteriak agar Pandawa diam dan menyingkir, tidak melakukan perlawanan. Perintah ini dituruti dan anehnya, raksasa inipun diam, tidak menyerang Pandawa. Semakin lama, jumlahnya semakin sedikit, menyatu kembali dalam ujud semula. Kejadian menjadi semakin aneh ketika raksasa itu kemudian pergi menghampiri Yudistira dan merasuk ke dalam sukmanya.

Melihat hal ini, Prabu Salya terdiam. Segera Yudistira mengambil pusaka Jamus Kalimasadha. Dia kuatkan hatinya, mencoba menghilangkan keraguan. Ketika telah tetap hatinya, segera ia lepaskan pusakanya menuju Prabu Salya. Pusaka itupun menancap didadanya. Prabu Salya gugur. Tak lama berselang, datanglah Dewi Setyawati melakukan bela pati dengan menusukkan keris kedadanya, menyusul suami tercinta pulang ke swargaloka.