Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Mitologi Dari Tanah Jawa Yang Telah Menjiwai Rakatnya

Mitologi adalah cerita yang berkembang di masyarakat secara turun-temurun namun kebenarannya masih dipertanyakan atau belum bisa dibuktikan secara ilmilah. Cerita ini biasanya berupa cerita rakyat, asal-usul sesuatu, dan gejala-gejala alam yang dialami. Bicara tentang mitologi, berikut ini adalah "5 Mitologi Dari Tanah Jawa Yang Telah Menjiwai Rakyatnya."

Mitologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Mythologia yang terdiri dari penggabungan 2 kata Mythos dan Logos. Mythos artinya kisah atau legenda, sedangkan Logos penuturan atau ilmu yang menjelaskan tentang mitos.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitologi berarti ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.


5 Mitologi Dari Tanah Jawa Yang Telah Menjiwai Rakatnya


1. Nyi Roro Kidul

Nyi Roro Kidul

Nyi Roro Kidul adalah sosok cantik penjaga Laut Selatan Jawa. Kanjeng Ratu Ayu Kencono Sari, nama asli dari Nyi Roro Kidul menurut Keraton Surakarta. Nyi Roro Kidul ini diilustrikan sebagai wanita dengan bagian atas manusia dan bagian bawah ikan/ putri duyung(mermaid). Dalam ilustrasi lain digambarkan dengan wanita berbadan ular atau naga.

Nyi Roro Kidul adalah kisah tragis dari korban perebutan takhta. Diceritakan raja Pajajaran hanya memiliki satu anak semata. Kemudian istri baru sang raja melahirkan. Istri baru yang memiliki rasa iri hati dengan sang anak memberikan ultimatum pada raja. Sang raja diharuskan memilih sang istri atau anaknya. Jika raja memilih sang anak, maka sang istri baru akan meninggalkan kerajaan dan tidak ada generasi penerus bagi kerajaan. 

Namun jika raja memilih si anak, maka si anak akan diasingkan dari kerajaan. Tindakan raja adalah mengusir sang anak dengan bantuan penyihir, dia meminta penyihir untuk menjampi-jampi sang anak memiliki penyakit kulit. Sang anak sekarang dilarang datang ke kerajaan, sang anak mendengar bisikan suara untuk datang ke laut selatan pada tengah malam untuk mengobati penyakitnya. Dilakukannya hal tersebut dan dia menghilang dan tak pernah kembali.


2. Wewe Gombel

Wewe Gombel

Selanjutnya ada Wewe Gombel, mitologi ini selain terkenal di Jawa juga terkenal di Sunda. Wewe Gombel adalah hantu wanita yang suka menculik anak-anak. Wujudnya digambarkan memiliki rambut panjang, taring mirip vampir, dan bagian dada yang menggelambir/ menggantung. Asal mula mitologi Wewe Gombel terjadi di Bukit Gombel, Semarang.

Dulu kala hidup pasangan suami istri, mereka sudah menikah bertahun-tahun namun tidak diberi momongan. Sang wanita yang mandul, akhirnya ditinggalkan sang suami untuk waktu yang lama. Suatu ketika sang istri menjumpai sang suami, diikutinya sang suami. Dan dijumpai sang suami telah menjalin hubungan wanita lain. 

Sang istri yang murka, akhirnya membunuh sang suami. Tetangga yang mendengar berita tersebut marah, mereka berkumpul dan menghakimi sang istri. Tak kuat dengan kelakuan keji masyarakat sang wanita bunuh diri. Arwah yang penasaran dari sang wanita ini yang diyakini menjadi Wewe Gombel.


3. Keong Emas

Keong Mas

Mitologi Keong Emas memiliki unsur Romance di dalamnya. Kisah cinta dan perjumpaan kembali Raden Panji Asmoro Bangun dan sang istri, Dewi Sekartaji. Diceritakan di sebuah kerajaan di negeri Antah Berantah seorang Raja ingin menjadikan Dewi Sekartaji sebagai istrinya. Akhirnya sang raja menculiknya, tetapi dewa Batara Narada menggagalkan rencana jahat tersebut. Di tengah perjalanan Dewi Sekartaji diubahnya menjadi keong emas. Sang dewa berkata kepada Dewi Sekartaji untuk berjalan menyusuri sungai untuk kembali ke suami tercinta.

Suatu hari seorang janda tua, Mbok Rondo yang selalu memancing di sungai, menemukan keong emas. Keong meas dibawanya dan dijadikan hewan peliharaan di rumah. Ditempatkannya keong emas tersebut di dalam toples. Pada hari berikutnya keajaiban muncul di rumah Mbok Rondo. Didapatinya ikan hasil mancing harian telah matang dimasak, dan rumah dalam keadaan bersih. Seminggu keajaiban itu berlangsung. 

Mbok Rondo yang curiga dengan hal tersebut, memutuskan untuk mengintip sebelum dia pergi memancing seperti biasanya. Didapatinya seorang wanita cantik keluar dari tempurung keong tersebut. Tak pelak mbok rondo langsung masuk dan memecahkan toples dan tempurung keong. Jreng, dan akhirnya mantra dari Dewa Batara Narada menghilang. Dan Dewi Sekartaji dijadikan anak angkat Mbok Rondo. 

Sementara itu, Raden Panji Asmoro Bangun tak henti-hentinya mencari sang istri. Dia menyusuri dari desa ke desa. Dan akhirnya dijumpai istrinya di desa Mbok Rondo tersebut. Mereka hidup bahagia bersama kembali, eits Mbok Rondo juga diajak ke istana karena telah menjaga istri sang raja.


4. Sundel Bolong

Sundel Bolong

Digambarkan dengan rambut panjang terurai dan gaun putih. Eits, bagian belakangnya berdarah, bernanah, dan berlubang. Sundel Bolong diceritakan adalah wanita yang meninggal semasa mengandung. Dan bayi yang ada di dalam tubuhnya keluar dari bagian belakang tubuhnya.

Cerita Sundel bolong ini juga pernah diangkat ke layar lebar ditahun 80-an dengan pemeran utamanya Susana. Judul filemnya adalah "Malam 1 Suro" yang selalu diputar pada malam Suro.


5. Babi Ngepet

Babi Ngepet

Yup, pasti pernah denger guyonan gini. "Ngapain lu jumat malem dirumah aja, Jaga lilin Lu?". Babi Ngepet adalah mitologi yang sangat erat hubungannya dengan pesugihan. Orang yang menjelma babi ngepet diceritakan bisa menembus tembok, pintu, dan lemari. Barang berharga seperti uang, perhiasaan, dsbnya dapat hilang secara ajaib diambil Babi Ngepet. 

Ritual babi ngepet biasa dilakukan oleh dua orang atau lebih. Setidaknya satu orang menjelma babi ngepet dan yang lainnya menjadi penunggu lilin. Jika lilin bergoyang dan hingga akan mati, itu tandanya Babi Ngepet dalam bahaya. Dan jika lilin mati, Babi Ngepet telah kembali ke wujud asli atau telah mati. Karena kepercayaan tersebut, masyarakat Jawa seringkali menangkap dan membunuh babi hutan yang berkeliaran di area mereka di malam hari.

Post a Comment for "5 Mitologi Dari Tanah Jawa Yang Telah Menjiwai Rakatnya"