Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Laporan PTK - Penerapan Model Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Sejarah

Ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah menggunakan teori yang telah ada dalam metodologi penelitiannya, misalnya Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Sejarah.

PTK ini dikembangkan dalam rangka memenuhi tugas akhir Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Pasca SM-3T di LTPK Universitas Negeri Semarang (UNNES). Bila bapak/ ibu guru sejarah bingung mau membuat PTK, mungkin dengan dibagikannya PTK Penerapan Group Investigation ini bisa memberikan gambaran menyusun PTK itu seperti apa.


Latar Belakang

Salah satu metode pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam kelas adalah metode ceramah, yang bila tidak dikemas dan di kelola dengan sebaik mungkin akan sulit untuk menarik perhatian siswa saat penyampain materi, sehingga pembelajaran terlihat kaku dan serius, karena cenderung menghafalkan tahun, nama tokoh, dan rentetan peristiwa. Metode pembelajaran ceramah cenderung meminimalkan keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif, dan siswanya lebih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Kebiasaan bersikap pasif dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik.

Kebanyakan pendidikan yang di laksanakan dewasa ini belum mampu menjadikan individu sebagai pembelajar efektif, yakni pembelajar yang menggunakan strategi belajar efektif (Chatarina, dkk, 2006:114). Apabila strategi belajar efektif itu di terapkan, maka hasilnya akan menjadikan pembelajar sangat kompeten. Sehingga berbagai macam metode pembelajaran untuk merangsang siswa belajar dengan aktif perlu di terapkan di sekolah agar proses belajar lebih bervariasi dan juga menumbuhkan minat belajar siswa.

Guru sebagai salah satu elemen pendidikan, perlu terus meningkatkan kemampuan mengajarnya untuk dapat memberikan alternatif metode pengajaran yang sesuai dengan peserta didik. Penerapan berbagai metode pembelajaran perlu dianalisis agar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Semakin bervariasinya penggunaan model dan metode pembelajaran, semakin meningkatnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran konvensional, diyakini banyak kalangan praktisi pendidikan kurang dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Rendahnya pemahaman terhadap konsep sejarah disebabkan saat ini pendidikan sejarah hanya berpusat pada kemampuan menghafal materi. Walaupun mereka sering tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Pelaksanaaan pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah menggunakan metode dan model pembelajaran yang membuat siswa hanya menghafal tentang materi yang diajarakan. Sehingga siswa kurang memiliki daya pikir historis.

Bila dihubungkan dengan pengertian sejarah, maka sejarah mempunyai fungsi utama mengabadikan pengalaman masyarakat masa lampau yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengajaran sejarah tidak hanya bertujuan agar siswa meraih nilai-nilai berbangsa dan bertanah air yang dikembangkan di dalamnya, akan tetapi juga diharapkan agar siswa mengambil inti pendidikan sejarah untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi tantangan kehidupan masa kini dan hari esok, di samping mempersiapkan diri untuk kemungkinan belajar sejarah sebagai ilmu di masa depan (Rochiati, 1992:31)

Dalam konteks pelajaran sejarah di sekolah, alternatif yang kiranya lebih perlu di kedepankan dalam menghadapi kenyataan kerawanan di atas adalah mengembangkan reorientasi sasaran/tujuan serta semangat pengajaran sejarah baru. Pengajaran sejarah seyogyanya tidak lagi terlalu menekankan pengajaran hafalan fakta serta afektif doktriner tetapi lebih sarat dengan latihan berpikir historis kritis analitis (Widja, 2002: 3).

Dengan pendekatan baru ini siswa (terutama di jenjang sekolah yang lebih tinggi) di biasakan untuk melihat atau menerima gambaran sejarah dengan logika historis kritis (tidak pasif represif), sehingga tidak harus selalu dituntun oleh guru (yang sering sudah terdistrosi pula) dalam memaknai berbagai peristiwa sejarah yang dipelajarinya.

Berdasarkan diskusi awal dengan guru sejarah SMA Kesatrian 1 Semarang dan dari data saat peneliti melakukan obeservasi di kelas XI IPS 1 diperoleh bahwa (1) Hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 lebih rendah dibanding dengan kelas yang lain, terlihat dari ketuntasan klasikal hanya 12 siswa (44%) dari 25 siswa yang memiliki ketuntasan belajar diatas nilai 75; (2) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah; pada pengamatan awal di Kelas XI IPS1  pada tanggal 11 September 2013 diketahui bahwa pembelajaran kurang interkatif dan hanya berjalan satu arah saja, guru lebih berperan besar dalam pembelajaran di kelas dan siswa hanya bersifat sebagai pendengar. Selama proses belajar mengajar hanya 4 siswa dan 3 siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru.

Model pembelajaran group investigation adalah model yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Melalui langkah kerja kelompok berupa penelusuran yang sifatnya penemuan. Menurut pendapat penulis, group investigation adalah model yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Dengan keterlibatan tersebut, akan memudahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Jadi siswa akan memiliki pemahaman yang mendalam terkait materi bukan hanya hafalan faktual.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan dan mendalami apa yang dia pelajari. Bukan sekedar mengetahui fakta dan menghafal saja. Kondisi ini meminta siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tidak selalu menerima mentah-mentah materi yang dijelaskan oleh guru. Siswa dilatih agar dapat mandiri dengan melakukan penyelidikan mendalam tentang materi yang ia pelajari. Sehingga siswa diharapkan benar-benar memahami peristiwa sejarah tersebut. Mulai dari sebab akibat, mampu memberikan pendapat mengenai sebuah peristiwa Sejarah. Belajar sejarah tidak akan terus berkutat pada peristiwa masa lalu saja. Dalam berpikir historis siswa diharapkan mampu memaknai, dan mampu mengaitkannya dengan peristiwa masa sekarang.

Melalui model group investigation siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuannya sendiri. Agar siswa mampu berpikir lebih jauh. Sehingga siswa mengetahui bagaimana sutau peristiwa sejarah terjadi. Untuk itu siswa dituntut untuk aktif bertanya dan belajar, serta bukan sekadar mendengarkan dan menyerap secara pasif segala pengetahuan seperti fakta-fakta, nama-nama, dan tanggal-tanggal.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan judul ”Penerapan Model Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Sejarah Kelas XI IPS 1 SMA Kesatrian 1 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014” dengan harapan model pembelajaran group investigation dapat diterapkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir sejarah.


Tujuan Penelitian

"Meningkatkan kemampuan berpikir Sejarah siswa dalam pembelajaran sejarah dengan penerapan Group Investigation pada siswa kelas XI IPS 1di SMA Kesatrian 1 Semarang."


Manfaat Penelitian

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa:
a. Manfaat bagi siswa
  • Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran sejarah.
  • Memberi motivasi kepada siswa sehingga hasil belajar meningkat.
  • Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
  • Siswa dapat mencapai kompetensi dasar dengan indicator-indikatornya
  • Meningkatkan hasil belajar siswa
  • Meningkatkan kerja sama siswa dalam proses pembelajaran
  • Mengembangkan kreativitas.
b. Manfaat bagi guru
  • Dapat menambah variasi strategi pembelajaran
  • Mengetahui model pembelajaran Group Investigation.
c. Manfaat bagi sekolah
Mengembangkan sarana dan prasarana serta melakukan inovasi pembelajaran untuk mata pelajaran lain.

Informasi selengkapnya silahkan download PTK - Penerapan Model Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Sejarah melalui link berikut ini.

Download via GDrive